Kanal

SEMOGA TUHAN MEMPERTEMUKAN KAMI DI SORGA

By: Dr. Anwar Bet, Sp.PD

SETELAH selesai sholat subuh dan mengikuti ceramah di mesjid  yang letaknya tidak berapa jauh dari rumahnya, lelaki muda itu bergegas pulang ke rumahnya.

Dia menikmati suasana pagi, matahari sudah mulai terbit di sebelah timur, udara sejuk dengan angin berhembus sepoi sepoi.

Dia berjalan di pematang persawahan, di sekitarnya sawah terbentang luas. Padi menguning yang siap di panen bagaikan hamparan emas, dan sebagian sudah di panen.

Terlihat tetesan embun pagi melekat di daunan padi yang mulai layu. Kicau burung terdengar bersahutan di sela pepohonan yang tumbuh di sekitar persawahan.

Dia bisa menikmati perjalanan, rela berjalan kaki setiap subuh ke mesjid untuk bisa sholat berjamah. Dia paham bahwa lelaki  seharusnya sholat subuh berjamaah di mesjid. Lelaki muda itu tinggal di desa yang terletak di lereng pegunungan.

Rumahnya terletak di persawahan dengan beberapa orang tetangga. Di depan rumahnya terbentang sawah yang cukup luas warisan dari orang tuanya.

Setelah sampai di rumah istrinya sudah menyambut di pintu rumah dengan senyuman dan sudah menyediakan sarapan pagi. Pagi ini dia berencana akan menjual sebagian hasil panen sawahnya.

Sebagian hasil  uang penjualannyanya akan digunakan untuk biaya aqiqah anaknya semata wayang yang baru lahir. Sebagian lagi ditabung untuk modal persiapan naik haji kelak.

Dia berpikir tabungan haji harus dimulai lebih awal karena daftar tunggu untuk naik haji bisa puluhan tahun.

Tahun ini panen sawahnya cukup melimpah dan sebagian hasil panennya akan dikeluarkan zakatnya. Lelaki muda ini tetap menjaga silaturahmi dengan tetangganya.

Dia pernah membantu isteri tetangganya yang akan melahirkan ke puskesmas terdekat. Persalinannya normal, tetapi begitu lahir anaknya meninggal.

Bapaknya anak itu sangat kecewa melihat anak keduanya meninggal. Anak pertamanya juga meninggal saat persalinan. Bapaknya anak itu lama termenung, kenapa begini nasibku ?.

Apakah tuhan pilih kasih kepada hambanya ?. Dia tidak terima perlakuan tuhan seperti ini terhadap dirinya, kedua anaknya mati dalam persalinan.

Seharusnya dia pasrah karena anaknya itu milik tuhan yang dititipkan kepadanya dan istrinya. Kapan tuhan berkehendak dan kapan tuhan mengambil miliknya , mereka seharusnya pasrah dan ikhlas.

Kalau dia paham dan mengerti bagaimana dialog tuhan , Nabi Adam dan iblis di surga, mungkin dia akan ikhlas, tidak ingkar dan rela menerima kematian kedua anaknya.

Setelah Adam memakan buah kuldi, tuhan bertanya kepada iblis, kenapa engkau menggoda Adam untuk memakan buah kuldi itu ? Iblis ingkar dan membantah bahwa semua itu adalah kehendak tuhan, tuhan mengetahui segalanya.

Ketika tuhan bertanya kepada nabi Adam kenapa mau makan buah kuldi yang terlarang untuk kau makan ? Adam tidak membantah dan tidak ingkar. Adam mengetahui bahwa  semuanya atas  kehendak Allah. Adam pasrah dan ikhlas,  semua atas kesalahannya.

Jika saat ini ada manusia yang ingkar atas kehendak tuhan berarti badannya saja yang serupa dengan Adam, akan tetapi hatinya serupa dengan iblis, yang selalu ingkar kepada takdir dari tuhan.

Demikianlah Lelaki muda itu terus melakukan aktifitas sehari hari seperti biasa, menikmati hidup tenang di pedesaan, tanpa buruk sangka. Dia membina keluarganya dengan melaksanakan agama seperti apa yang diketahuinya, dan dia terus menimba ilmu agama untuk memperbaiki ibadahnya.

Semoga keluarga kecil ini menjadi keluarga sakinah, mawaddah dan warohmah. Tuhan mencurahkan rahmad dan hidayahnya dan kelak mempertemukan mereka di sorgaNYA.
(Abepas 77)

Ikuti Terus Forum Kerakyatan

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER