Kanal

Negeri Junjungan, yang Kehilangan Junjungan

PEKANBARU - Bupati Bengkalis, Amril Mukminin ditangkap, sekarang sedang diadili.  Wakil Bupati Bengkalis, Muhammad berstatus buron alias masuk Daftar Pencarian Orang (DPO).

Kedua "Pucuk Pimpinan" Kabupaten Super Kaya itu tengah tersandung kasus korupsi.

Sang Bupati "digaruk" Komisi Pemberantasan Korupsin (KPK). Si Wakil Bupati lagi diburu Polda Riau.

Tak pelak. Kini, Kabupaten bergelar: "Negeri Junjungan" itu memang praktis  tanpa junjungan.

Untuk mengetahui, lebih jauh kondisi Kota Bengkalis sepeninggal Amril Mukminin, selama dua hari ( 14 - 15 Juli) silam,  wartawan forumkerakyatan.com bertandang ke sana. 

Berikut laporan  selengkapnya: 
Deskripsi Kota Bengkalis, kala senja, 14 Juli silam adalah semburat sunset yang pucat. Hotel-hotel sepi.  Minim penghuni.

Hotel kesohor sekelas "Marina Pantai" saja, palingan melayani 2 kamar tamu. "Masih suasana wabah Copid-19 ini, Pak" kata wanita, resepsionisnya.

Tetapi, suasana di malam hari, reportase Kota Bengkalis adalah gairanlh obrolan di kedai kopi. Gejala kewaspadaan Korona, lenyap oleh riuh debat-debat seputar jelang Pilkada. 

Kongkow-kongkow "pengamat politik" versi pulau bersileweran di meja-meja kafe.

Pagi harinya. Cerita beralih. Topik perhatian mulai fokus pada kondisi humanisme Negeri Kaya Tanpa pimpinan ini.

Bustami, yang sebelumnya menjabat Sekdakab. Bengkalis harus "rela" jadi boneka. 

Meski Bustami resmi diangkat sebagai Pelaksana Harian (Plh.) Bupati Bengkalis, toh nyaris tak faham tentang kendali.

Para awam Bengkalis, mafhum: Bustami, adalah figur sisa kekuasaan yang kini berjuang ekstra menyulam sayap-sayap yang patah.

Ketika poto-poto  Kasmarni (istri Amril Mukminin) mulai menjejal sudut-sudut strategis jalanan Kota Bengkalis, ambisi menyambung junjungan lama semakin terjawab.

Berita-berita media seputar debut Kasmarni merebut hati pimpinan partai untuk tampil di Pilkada Desember depan, terus viral.

Arah segmentasi berita, di satu sisi mengundang decak kagum. Utamanya bagi "kubu" Amril yang kuku-kukunya masih mencengkram bumi Bengkalis.

"Tetapi, bagi kami ini, semakin menyesakkan dada. Tolong selamatkan negeri ini dari tindakan koruptor. Rakyat Bengkalis sudah sangat menderita di era Bupati, Amril. Jangan diperpanjang lagi penderitaan ini," keluh Wandi (44).

Tidak pula bisa dibantah. Pasal orang mau jadi bupati, tentu hak dia sepenuhnya sebagai warga negara.

"Iya benar. Itu hak seseorang. Tetapi, nasib rakyat Bengkalis dipikirkan juga," kata Rahwanto (40).

Rahwanto, lantas bercerita. Tugas-tugas kedinasan yang bersentuhan dengan publik, katanya, seyogianya dihadiri Bustami, malah Kasmarni yang menggantikan.

Situasi ini menyembul kentara ke benak intelektual Bengkalis.  Reaksinya di tengah masyarakat  justru menyulut pandangan dua kutub. Semakin kontras.

"Negeri ini sudah hancur. Kehancuran itu, terasa mengerikan sejak era Bupati Amril Mukminin," ujar Mukhtar (63).

Mukhtar lantas, mengungkapkan analisisnya tentang dampak tragis kegagalan Pemkab. Bengkalis dalam 5 tahun terakhir.

Sebagian besar,  problema masyarakat Bengkalis, katanya bertumpu pada tidak adanya, lapangan pekerjaan. 

"Seorang pemimpin seharusnya sudah mengatasi itu. Pengangguran itu, akar banyak tindakan kriminalitas," ketusnya.

"Coba Anda investigasi dengan cermat kenapa peredaran narkoba sangat marak di Bengkalis?" pria itu bertanya.

Lantas, apa solusinya? "Bengkalis harus dipimpin seorang Bupati yang jujur dan merakyat," ujar Yuwijono (76) pria tua penarik becak di area penyeberangan Selat Bengkalis.

Yuwijono, tampaknya representasi warga grass-root Bengkalis, sesungguhnya. Semangat juang dan kesehajaannya.

Dari 40 tahun keberadaannya di Bengkalis, 30 tahun bekerja sebagai penarik becak. Wajar dia melontarkan harapannya yang sederhana:

"Jika Bengkalis ingin maju dan sejahtera, pilihlah bupati yang figurnya sama dengan Bupati Syamsurizal" 

Ikuti Terus Forum Kerakyatan

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER