Kanal

Apkasindo Appresiasi Penerapan Mandatory B30 Bawa Berkah bagi Petani Sawit

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Assosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPP - Apkasindo) Dr. (Cn) Ir. Gulat Medali Emas Manurung, MP., C.APO mengappresiasi penerapan Mandatory B30 yang ternyata (juga) berperan sebagai stabilisator harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani.

"Ini era di mana petani sawit, benar-benar menikmati nilai jual dari komoditas hasil kebun mereka. Kebijakan Mandatory B30 ini,  membawa berkah bagi petani. Sangat layak disyukuri," ungkap Gulat yang dikenal gigih memperjuangkan nasib kaum petani itu.

Candidat Doktor Lingkungan dari Universitas Riau itu kemudian menyuguhkan data harga TBS di rentang: 2017 - 2019 sebelum penerapan Kebijakan  Mandatory (wajib) B30 diberlakukan.

"Kala itu, kita sebagai petani mesti puas di angka kisaran Rp 700-Rp1200 per kg. Harga yang memprihatinkan," ungkapnya.

Namun, setelah diberlakukan B30 yang didukung dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) terhitung mulai Januari 2020, demikian Gulat,  harga TBS petani berada pada level Rp1.800-Rp2.550/kg.

Suatu bukti rill, katanya bahwa kebijakan Mandatory B30 telah mengukir kesejahteraan petani lewat serapan sawit dan harga TBS petani. 

"Bukti konkretnya,  harga TBS penutupan sebelum libur Lebaran naik signifikan," ujarnya, kepada pers  Jumat (14/5/2021).

Gulat lantas,  mengurai prosesi program pencampuran minyak kelapa sawit mentah (CPO) ke BBM jenis solar yang dicanangkan 2008 melalui Peraturan Menteri ESDM No.32/2008.  

"Saat itu, tahun 2015, targetnya baru pada level B10 pada 2015. Seterusnya, meningkat menjadi B20," katanya.

Gulat menyebut, pada 23 Desember 2019 Presiden Jokowi meluncurkan Kebijakan Mandatory B30 yang berlaku efektif per 1 Januari 2020 di seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Indonesia.

Mengutip data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Gulat kemudian menyodorkan proyeksi  produksi CPO Indonesia pada 2021 akan berada pada kisaran 53,932 juta ton CPO. 

"Itu artinya ada pertumbuhan atau  4,27 persen dibanding 2020 sebanyak 51,627 juta ton," tuturnya.

Sementara itu, katanya  persentase serapan dalam negeri atau domestik 2021 diprediksi 33,04 persen atau 18,504 juta ton CPO dan tujuan ekspor 66,95 persen yakni mencapai 37,01 juta ton.

Struktur pemanfaatan CPO Indonesia untuk kebutuhan domestik antara lain kebutuhan pangan 47,02 persen, kebutuhan industri oleokimia 9,73 persen.

"Kemudiab, untuk campuran solar (B30) sebesar 43,26 persen. Ini angka persentasi yang pantastis,"  katanya.

Gulat menyebut lima faktor pendorong harga CPO dunia meningkat meski kondisi  ekonomi global melemah seiring Covid-19. 

"Pertama, tingginya serapan CPO Domestik dengan B30 yang mencapai 7,226 juta ton CPO pada 2020 sehingga mengakibatkan kelangkaan CPO dunia dan berlakulah teori ekonomi," tegas Gulat.

Kedua, lanjutnya, dunia tidak bisa lepas dari ketergantungan CPO Indonesia, meskipun banyak negara sebagai penghasil minyak nabati dari tanaman selain sawit.  

"Namun,  efisiensi ekonomisnya 9,8 kali lebih mahal dibanding sawit jika ditinjau dari penggunaan lahan," kata Gulat memprediksi.

Ketiga, jelasnya faktanya tangki penimbunan CPO di negara-negara importir CPO Indonesia hanya terisi 30-60 persen dari total kapasitas normalnya karena terjadi kelangkaan CPO dunia. 

"Dengan demikian permintaan komoditas tersebut akan terus mengalami eskalasi," jelasnya.

Faktor Keempat, katanya  terjadi penurunan aktivitas budi daya tanaman penghasil minyak nabati di Eropa dan negara penghasil minyak nabati lain (selain sawit) akibat  dampak Pandemi Covid-19. 

"Sementara dari hasil survey Apkasindo di 22 provinsi pada 2020 memperlihatkan aktivitas agronomi dan agroindustri kelapa sawit sama sekali tidak terganggu," kata Gulat.

Kelima,  tujuan negara pengimpor CPO Indonesia bukan hanya untuk kebutuhan konsumsi seperti digaungkan selama ini.

"Tetapi juga untuk kebutuhan biodiesel, bahan bakar lainnya dan resell (menjual kembali)," tegasnya.

Gulat menilai, kelima faktor inilah yang menjadikan harga CPO meningkat drastis. Sebab, sungguhnya katanya, tanpa wabah pandemi Covid-19 pun,  harga CPO akan semakin naik. 

"Kata kuncinya ada pada serapan domestik CPO Indonesia melalui program biodiesel. Fakta tak terbantah bahwa sawit Indonesia merupakan anugerah Tuhan untuk dunia ," katanya, tegas.***

Eldi Setiady

Ikuti Terus Forum Kerakyatan

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER