Kanal

Mutu Kerja

By: L.N. Firdaus*)

“Selamat Berkarya, bukan hanya Bekerja”, kata saya suatu ketika pada mantan mahasiswa yang kini mengemban amanah menjadi Kepala Sekolah. 

“Bedanya dimana Prof?”, tanya beliau via Whatsapp. 

Itu gegara dia mengirim foto-foto gotong-royong dengan Majelis Guru binaannya, mengemas lahan tidur di pekarangan sekolah untuk dijadikan Apotek Hidup. 

Dalam kondisi Covid-19 yang makin merisaukan, saya sarankan untuk menanam tanaman obat-obatan.  Paling tidak, kelak berguna membantu  warga sekolah dan keluarga orangtua siswa jika  terkena musibah. 

Secara ekonomis, tanaman obat tradisional ini: lekas tumbuh, mudah, dan murah diperoleh. Masyarakat umumnya dah paham. Cuma kurang kurang lihai merawat. Besok butuh, baru 'nak menanam hari sekarang. Menanti bisa dipetik, 'dah kedulu, mati korban.

Saya jawab singkat saja pesan soal gotong-royong Kepala Sekolah tadi;  Kerja (Kuli), Karya (Majikan/Raja). Kerja (Otot), Karya (Otak). Kerja (Work), Karya (Job). 

“Baik Prof, yang enak, Job, Prof,” komentar balik dia. Alhamdulillah, nampaknya  dah mulai paham. 

Saya kuatkan lagi sedikit pemahamannya agar puas:  Kerja…Kerja…Kerja (Belangau). Karya…Karya..Karya (Bedelau). Kerja…Kerja…Kerja…(Pelatihan). Karya…Karya..Karya (Pendidikan).

Lalu dia balas: “Bahagia, saya bisa diberi pencerahann oleh Prof walau waktu jadi Mahasiswa, Belangau,"  pungkas beliau. 'Dah puas tampaknya. 

Mutu Kerja sejatinya bermula dari diri kita sendiri. “Tepuk lah dada, tanya selera”. Suka tak kalau diberi sesuatu yang kurang bermutu? Tak tak suka menerima dari orang lain yang kurang bermutu, maka berikan juga kepada orang lain itu sesuatu yang bermutu. 

Sesuatu itu dikatakan bermutu, jika sesuai atau melebihi harapan pelanggan. Kurang dari itu, siap-siap lah menderita kena sumpah serapah dan maki hamun. 

Begitu juga Kerja. Usah minta lebih kalau tak mau memberi lebih. Apa yang kita peroleh sesungguhnya, sesuai dengan investasi sumberdaya yang telah kita lakukan, selama bekerja. 

Jadi, "kerja" yang bermutu, menuntut sikap-sikap yang mulia selama bekerja. Lama kelamaan, sikap yang sudah terbentuk itu menguat serta menyatu-padu dalam diri Pekerja tadi. Dan akhirnya,  membentuk "Budaya" atau "Etos Kerja".

Bila sudah melekat-padu dalam diri seseorang, maka budaya kerja yang sudah terbentuk tadi tidak mudah lepas atau hilang.  

Namun, mesti diupayakan dengan sungguh-sungguh melalui suatu proses yang terkendali dengan disiplin, konsisten, dan terus-menerus. 

Sampai mati, baru hilang….

______________

*)L.N. Firdaus
Guru Besar FKIP Universitas Riau, Direktur Eksekutif Center for Teacher Mind Transformation (CTMT) FKIP Universitas Riau,  Anggota Komite Penjamin Mutu BPSDM Provinsi Riau.

Ikuti Terus Forum Kerakyatan

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER