Kanal

Buruh Sawit Berani Menolak Bansos

Laporan: Helkis, S.Pd (Kampar)
Seorang buruh sawit, berani bertindak nekat: menolak Bantuan Sosial (Bansos). Dia dinilai sebagai orang yang jujur.

Anto (50) warga Desa Kemang Indah, Kecamatan Tambang, Kampar berprofesi sebagai buruh sawit. Ayah dari 3 orang anak ini bisa memanen 10 hektare dalam satu hari. Pekerjaan ini dijalaninya bersama istrinya Erni Erawati (44).

Pekerjaan menjadi buruh sawit ini sudah dilakukan selama 12 tahun.  Upah panen yang dia terima Rp.200,-/kg sawit normal. Namun jika sawitnya sudah tinggi upahnya pun naik menjadi Rp.300,-/kg.

Rata-rata penghasilan Pak Anto dari panen sawit Rp.300.000,-/hari. Dalam satu pekan Pak Anto istirahat (libur) dari panen sawit dua hari yaitu, Rabu dan Jumat.  Dia juga sudah memiliki kebun sawit 1 Ha berumur 7 tahun hasilnya 1,2 ton perpanen.

Erni Erawati merupakan salah seorang penerima Bansos Program Keluarga Harapan (PKH) sejak tahun 2016. Tahun 2021 dia mengundurkan diri dari Penerima Bansos PKH dengan alasan sudah mampu.

“Alhamdulillah dari pekerjaan saya menjadi buruh sawit sudah bisa saya menyekolahkan anak saya, sudah bisa membangun rumah meskipun secara diansur, rumah ini sudah dibangun dari 4 tahun silam namun baru sekarang bisa saya tempati, dan juga saya bisa membeli kebun sawit dari hasil menjadi buruh sawit," pungkas Anto sumringah.

“Makanya, istri saya suruh mundur dari penerima Bansos karena kami sudah merasa mampu dan memberikan kesempatan kepada masyarakat lain untuk bisa mendapatkan Bansos.” katanya.

"Kalaulah semua masyarakat yang tidak layak menerima Bansos berpikiran seperti keluarga Pak Anto yang jujur ini, tentulah angka kemiskinan di daerah akan berkurang," kata seorang pria, tetangganya.***
 

Ikuti Terus Forum Kerakyatan

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER