41 Persen Dosen Berstrata Doktoral, Semoga Prodi Bahasa Indonesia UIR Semakin Diminati

Kamis, 14 September 2023

Desi Sukenti, M.Ed bersama Wartawati ForumKerakyatan, Nur Azizah Melani

Laporan: Nur Azizah Melani (Pekanbaru).

PEKANBARU – Memiliki tujuh dari tujuh belas-- atau sebesar 41 persen--dosen berstrata doktoral (S3),  Program Studi (Prodi) Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Riau (UIR) – yang merupakan kampus swasta tertua di Riau, mengalami peningkatan kompetensi. Termasuk dalam menjaring calon mahasiswa baru.

Desi Sukenti, M.Ed Kepala Prodi Bahasa Indonesia FKIP UIR menjawab pertanyaan wartawan Forumkerakyatan.com saat ditemui di ruang kerjanya. Rabu (13/9/23).

Ia mengatakan, saat ini peminat Prodi Bahasa Indonesia mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.

“Untuk Calon Mahasiswa Baru (CAMABA) di tahun lalu (2022) yang lulus mencapai 125 orang, namun yang mendaftar ulang sebanyak 67 orang. Yang sekarang, berjumlah 73 orang, belum termasuk mahasiswa yang mendapatkan beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP),” katanya.

Desi menjelaskan, untuk fasilitas di Prodi Bahasa Indonesia sudah terdapat 8 kelas dan sudah dilengkapi dengan perrangkat yang mendukung proses kegiatan belajar mengajar.

Seperti, jaringan wifi kampus yang bisa dipakai kapan saja oleh mahasiswa, kelas dilengkapi infocus dan sudah full AC.

“Dalam proses belajar mengajar kami menggunakan sebuah aplikasi yang bernama Sistem Pendidikan Edukasi (SIPEDU). Jadi layanan dapat kita lakukan secara tradisional maupun mengikuti teknologi yang ada,” jelasnya.

Ketua Prodi Bahasa Indonesia itu menuturkan, upaya Prodi Bahasa Indonesia dalam meningkatkan sumber daya manusia adalah meningkatkan kualitas dosen.

“Saat ini terdapat 17 dosen,  yang berstrata doktor sudah berjumlah 7 orang. Yang masih dalam proses menjadi doktor sebanyak 6 orang. 6 ditambah 7 berarti 13 doktor dari 17 dosen yang aktif. Artinya sudah hampir 76 persen dosen kita yang berstrata doktor. Semoga Prodi Bahasa Indonesia, semakin diminati,” tuturnya.

Desi berharap, diadakannya program untuk melatih kompetensi dosen untuk mengikuti perkembangan teknologi saat ini.

“Ada yang namanya kecerdasan buatan Artificial Intelligence (AI), dan ini menjadi tantangan bagi dosen hari ini. Dengan adanya kecerdasan buatan, jangan sampai kecerdasan kita berada dibawah itu,” katanya.

Lulusan magister luar negeri itu juga menanggapi kebijakan penghapusan skripsi. Menurutnya, skripsi itu tidak sepenuhnya hilang. Melainkan mahasiswa diberikan pilihan dalam mengerjakan tugas akhir.

“Mahasiswa dalam mengerjakan tugas diberikan kebebasan untuk memilih skripsi atau publikasi jurnal yang sudah ditentukan pihak kampus. Jika mahasiswa mendapat nilai A, maka bisa publikasi di SINTA 2, kalau mendapat nilai B maka di SINTA 3,” ujarnya.

Desi membeberkan, sebenarnya pihak UIR telah melakukan kebijakan dengan memberikan tugas akhir kepada mahasiswa sejak 2021.

“Jadi kita sudah lakukan ini (tugas akhir) jadi sudah banyak mahasiswa yang melakukan publish artikel. Mereka tidak kita paksakan. Tapi dengan prosedur yang sudah kita bangun," katanya.

"Hanya yang belum dilakukan adalah karya mahasiswa yang berbentuk produk atau prototype. Karna inilah yang diminati pemerintah hari ini. Yaitu karya inovasi dari mahasiswa yang menghasilkan sesuatu,” tutupnya.