GUBRI DI BIBIR TEBING

Senin, 13 Juli 2020

PEKANBARU - Riau Governor on the edge of a cliff. "Gubernur Riau, di bibir tebing". 

Tragedi Hattriks 3 Gubri pra Gubernur Riau (Gubri) kini,  Drs.H.Syamsuar, M.Si., adalah realitas sejarah. Sejarah kelam negeri kaya ini, tak kunjung menemukan ujungnya.

Jika hari ini, intelektual Riau, masih menunggu kiprah berkarakter, pemimpinnya. Awam Riau juga telah lama merindukan Gubernur Riau yang pensiun dalam damai.

Ada sekitar 483,9 ribu kaum dhuafa yang menengadahkan tangan. Membombardir langit dengan doa-doa. Mereka itulah grass-root. Warga di titik marginal.

Februari silam, Biro Stastik melansir angka fantastis. Dari 6,65 juta total penduduk Riau, 6,9 persen masih berkutat di lumpur kemiskinan.

Mereka ini pula yang tidak melek internet. Hingga tidak menyentuh Android dan tidak pernah mahfum bahwa: APBD 2020  mencapai Rp 10,5 triliun, 
Meski Dana Bagi Hasil (DBH) Provinsi Riau tahun 2020 hanya sebesar Rp1.810.407.702.000. 

Sejarah kelam kepemimpinan Riau, 15 tahun terakhir adalah perjalanan di pinggiran tebing. Sudah 3 driver yang terperosok.

Angka kemiskinan, selalu jadi komoditas. Pengabaian kemiskinan adalah pengkhianatan terhadap peradaban.

Sejarah mencatat, proses hukum terhadap pemimpin selalu berakar dari problema klasik: rakyat miskin yang terluka.

Apakah Gubri sekarang bisa lolos dari jebakan tebing itu masih bergantung pada arah  doa-doa warganya yang hari ini dilantunkan di rumah-rumah ibadah.

Tetapi kasus Siak yang kini dijamah Kajati Riau, bisa jadi sebuah sinyal. 

Apakah doa mereka mulai terjawab? Allahuallam.

By: Wahyudi El Panggabean