Masa Depan Petani Sawit Indonesia & Harapan ke-Depannya

Selasa, 17 Agustus 2021

By: Dr (cn) IrGulat Manurung, MP.C.APO,

JAKARTA,– Perjalanan panjang petani sawit Indonesia penuh liku, tanjakan tajam dan terkadang nambrak perboden. Selalu mengiringi perjalanan dari waktu ke waktu. Hingga 76 tahun Indonesia Merdeka.

Sumbangsih Petani sawit untuk ekonomi Indonesia tidak perlu di ragukan lagi, 42% atau 6,87 juta hektar perkebunan kelapa sawit Indonesia dikelola oleh Petani sawit.

Tentunya sangat berarti sumbangsihnya dari dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan, terkhusus dalam masa sulit akibat dampak pandemic covid ini.

Dan 5 tahun kedepannya seiring dengan disyahkannya UUCK dan turunannya, luas perkebunan sawit masyarakat akan meningkat dan bahkan akan di atas 51% dari total nasional dan hal ini semakin memperkokoh posisi tawar petani sawit Indonesia.

Tanpa petani sawit, sawit Indonesia sudah lama tinggal kenangan. Hal ini tidak terlepas dari kerasnya kampanye negatif tentang sawit oleh negara produsen penghasil minyak nabati non-sawit.

"Sawit adalah anugerah  terindah dari Tuhan untuk Indonesia dan seluruh dunia mendambakannya. Andai sawit bisa tumbuh di Eropa, tentu akan lain pulak materi kampanyenya," ujar Dr (cn) Ir Gulat Manurung, MP.C.APO, Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), usai upacara HUT ke-76 RI secara Virtual, Selasa (17 Agustus 2021).

Jelas, kampenye negatif itu adalah Politik Dagang, dan politik dagang hanya bisa dikalahkan oleh petani sawit. Antara Petani dengan Korporasi dua hal yang berbeda tapi tidak terpisahkan.

Seperti arahan dari Prof.Dr. Bungaran Saragih, M.Ec pada suatu webinar:  Bahwa "Petani Sawit harus menjadi Garda terdepan. Korporasi cukup mendukung dari belakang terkhusus di produk turunan CPO".

Mendukung di sini maksudnya adalah kesetaraan dan saling menguntungkan. Wajar Korporasi lebih banyak keuntungan. Tetapi Petani juga harus setara kesejahteraannya dengan "garda ter-depan'nya" tadi. Jadi  'gak hanya nompang "bengkak"  saja.

Kesetaraan ini mulai terasa sejak di launching nya Program B30 didukung oleh BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) pada Akhir tahun 2019 lalu. 

"Terbukti sejak B30 harga TBS petani semakin baik, ya semacam kado HUT RI ke-76 lah buat kami Petani sawit di 144 DPD Kabupaten Kota dari 22 DPW Provinsi APKASINDO. Sepanjang republik ini berdiri, baru pada dua tahun trakhir petani menikmati kesetaraan harga TBS,” ujar Gulat.

Di sejumlah provinsi. Sebelum B30, biasanya kami petani hanya menerima Harga TBS di bawah Rp 1.000/kg. tapi pada sejak B30, harga TBS Petani semakin membaik.

Sebagai contoh Banten, menurut Ketua APKASINDO Banten Wawan, harga TBS menembus angka Rp 1.800/kg periode 16-22 Agustus 2021.

Di Kalimantan Selatan, harga TBS ditetapkan provinsi sebesar Rp2.300-2.400/kg, ujar Samsul Bahri, Ketua DPW APKASINDO Kalimantan Selatan.

Cerita serupa datang dari Indra Rustandi, Ketua Kalimantan Barat,  periode I Agustus ini, harga tertinggi mencapai Rp2.542/kg.

Di Jambi, menurut Iwan Ketua Provinasi Jambi, harga TBS petani menyentuh angka Rp2.620/kg periode 13-19 Agustus 2021.

"Di Riau, harga TBS cetak rekor mencapai Rp2.750/kg,"  ujar KH Suher, Ketua APKASPINDO Riau.

Sementara itu, harga TBS periode 11-17 Agustus di Sumatera Utara, menurut Gus Harahap, Ketua Smumut, mencapai Rp2.769/kg.  Di Sumatera Selatan, menurut M.Yunus, Wakil Ketua Apkasindo Sumsel, harga TBS Rp 2.498,03/Kg periode pertama Agustus.

Siswanto,  Ketua DPW APKASINDO, mengucapkan syukur luar biasa dengan pergerakan harga TBS saat ini. Pada Agustus ini, harga TBS dapat mencapai Rp2.345/kg. Sedangkan di tahun lalu, harga TBS di provinsinya masih di bawah Rp1.500.kg.

KH Suher,  menganalisis, tertingginya harga TBS di Riau dan Sumut tidak terlepas dari konsukuennya Penerapan PERGUB Tataniaga TBS. Untuk Pergub TBS Riau yang diramu bersama Disbun, APKASINDO, GAPKI, dan ASPEK PIR berhasil menghasilkan Pergub Hybrid Tataniaga TBS dan saat ini menjadi rujukan 21 Provinsi sawit lainnya.

Gulat Manurung mengatakan tidak terkejut dengan tingginya harga TBS sampai Agustus ini dan saya menganalisis tahun ini akan tembus angka Rp.3000.

Harga CPO dunia memang sangat fluktuatif dipengaruhi banyak factor, seperti siang hari ini (17/8) harga CPO di Bursa Malaysia turun 1,1% (menjadi RM 4.398/ton CPO).

Namun yang pasti sejak B30, harga TBS Petani naik signifikan. Selain itu. Gulat menilai bahwa kebijakan pemerintah terkait kelapa sawit Indonesia sangat tepat dan jitu.

Kesatu, disyahkannya UUC telah menjadi gerbang hijau untuk keberlanjutan sawit Indonesia dan ini menggemparkan dunia perminyakan nabati.

Kedua kebijakan pungutan ekspor yang disesuaikan dalam PMK 76/2021. Aturan ini dinilai mampu menyeimbangkan antara industri hulu dan hilir kelapa sawit.

Ketiga, program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) mampu mendorong petani untuk meremajakan tanaman usia tua.

Keempat, mandatori biodiesel melalui campuran 30% atau B30 dapat meningkatkan konsumsi CPO domestik. alhasil, Indonesia tidak lagi bergantung kepada negara lain untuk menjual CPO.

Kelima, peningkatan SDM Petani melalui dana BPDPKS telah semakin merubah mindset kami menuju GAP.

Kami Petani Sawit berharap, HUT RI ke 77 tahun depan, BPDPKS dan Dirjenbun memberikan “KADO” kepada kami Petani Sawit.

Yakni, 7 PKS di 7 Provinsi Sawit Indonesia di bawah manajemen satu atap Koperasi Setara APKASINDO, ini adalah bentuk nyata buku dari Prof Agus Pakpahan: "Kemerdekaan bagi Petani adalah kemerdekaan untuk semua".

MERDEKA....!