Kanal

Wahyudi El Panggabean: Wartawan harus Punya Nyali

PEKANBARU - “Wartawan harus punya nyali. Bekerja dengan hati. Berani seperti singa. Walaupun ada gajah yang lebih besar dan kuat. Ada kancil yang lebih cerdik. Tapi singa, tetap menjadi raja hutan. Karena, keberaniannya,” suara lelaki itu terdengar cukup menggelegar.

Diucapkan di hadapan puluh peserta yang hadir dalam pelatihan jurnalistik secara hybrid, melalui media zoom, Sabtu pagi.

Drs. Wahyudi El Pangabean, MH, mengucapkan kalimat itu saat didapuk sebagai  pembicara utama pada acara yang ditaja oleh Lembaga Pendidikan Wartawan, Pekanbaru Journalist Center (PJC). Acara itu diikuti oleh para jurnalis dari 17 Provinsi. Provinsi Aceh hingga Papua.

Pengalaman pahit, manis dan getir, selama tiga puluh tahun menjalani profesi sebagai wartawan, ia ceritakan dengan berapi-api.

Satu pengalamannya puluhan tahun lalu saat bertugas, ia tuturkan. Kala itu, ia hendak menghadap seorang kepala dinas. Santer kabar yang ia peroleh, pejabat tersebut sangat sulit ditemui oleh para pemburu berita. Bagi Wahyudi muda, hal itu justru membuat dirinya tertantang untuk bisa menembus nara sumber tersebut.

“Pagi-pagi sekali, saya sudah datang dan menunggu di kantornya. Karena prinsip saya, kita harus lebih dulu datang dari nara sumber yang akan kita wawancarai,” kisah Wahyudi.

“Begitu saya lihat dia masuk ruangannya, saya segera mengetuk pintu dan masuk. Dia terlihat agal terkejut melihat ada saya di ruangannya. Seseorang yang tidak dia kenal,” lanjut Wahyudi.

Pejabat tersebut lantas menanyakan siapa dirinya dan apa maunya menemui dirinya. Wahyudi memperkenalkan diri selaku wartawan SKM Genta. Dan, menyampaikan maksud hendak mewawancarainya.

Pejabat itu terlihat setengah marah dan mengatakan agar dirinya menemui humas kantor itu di lantai bawah. Tidak bisa langsung ketemu dirinya.

“Raut wajahnya menegang dan sedikit memerah, serasa menahan marah. Dia bilang, kamu ini siapa? Apa urusanmu? Kamu harus ke humas. Tidak bisa langsung-langsung ke sini,” tutur Wahyudi lagi.

“Kalau, nyali tak kuat, mungkin saat itu saya langsung keluar dan urung mewawancarinya. Tapi, karena sebagai wartawan kita harus punya nyali berani karena benar, maka, saya tetap bertahan di sana.”

“Apa jawaban saya kala itu? Saya katakan, saya ingin mendapatkan konfirmasi langsung yang keluar dari bapak selaku kepala dinas. Bukan dari humas bapak. Karena, wawancara ini sangat penting untuk media saya dan untuk masyarakat pembaca.” ucap Wahyudi lagi.

“Setelah berdebat dengan pejabat itu dan humasnya, akhirnya, saya berhasil diberikan kesempatan untuk mewawancarainya. Bahkan sampai hampir dua jam lamanya saya di sana,” tutup penulis buku “Wartawan Berani Beretika” dan “Untukmu Yang Ingin Menjadi Wartawan Sukses” itu mengakhiri kisah pengalamannya.

Di ujung presentasinya kepada puluhan jurnalis siang itu, Wahyudi meninggalkan pesan,”Saya tidak menyuruh rekan-rekan untuk berpakaian mewah dan mahal, tapi berpakaianlah yang rapi saat menjalankan tugas jurnalistik. Karena itu bisa mempengaruhi reaksi yang saudara dapatkan dari nara sumber saudara di lapangan,” tutupnya.

Selain Wahyudi, nara sumber lainnya, Abdul Kadir, S.Pd., M.I.Kom, hadir memberikan paparan tentang tehnik membuat berita. Selain sebagai instruktur jurnalis, ia juga menjabat sebagai direktur pendidikan di PJC. Lelaki yang meraih gelar Magister dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) itu menerangkan tentang masalah pendidikan.

”Kita lihat, dunia pendidikan saat ini memprihatinkan. Sarjana meningkat tapi pengangguran bertambah. Peningkatan orang berpendidikan, tidak berimbang dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Meski dia lulusan sarjana pendidikan, mengingat penghasilan tenaga pendidikan kecil, maka dia lari ke profesi lain. Akhirnya, dia menjalani profesi sebagai penenteng Android,” ungkap Abdul Kadir menceritakan kisah pengalaman rekannya yang menjadi wartawan, saat menutup sesi praktek penulisan berita.

Sebagai informasi, sejak berdiri sebagai lembaga pendidikan wartawan, PJC telah melahirkan ribuan alumni yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka tidak melulu berasal dari kalangan wartawan, tapi ada juga beberapa yang berprofesi sebagai advokat maupun pekerja swasta.

Acara pelatihan jurnalistik siang itu ditutup dengan foto bersama melalui zoom. (Soegi)

Sumber: busernews24.com

Ikuti Terus Forum Kerakyatan

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER