Laporan: Syah Arif (Kandis)
Gita Agustina Br Tamba alumni SMAN 1 Kandis tahun 2021 merasa senang dan bersemangat mendengarkan cerita kakak kelas yang ikut besiswa sawit BPDPKS tahun tahun sebelumnya.
Hal ini memotivasi untuk berjuang tahun 2021.
"Beberapa bulan sebelum tamat SMA saya sudah mulai belajar tentang ilmu kelapa sawit dan psikotes bersama mahasiswa yang masih aktif dan bahan bahan dari internet," kata Gita Agustina.
Ibunya, Pinondang Br Pangaribuan (45 thn) Ibu dari 6 anak ini yang berdomisili di Kelurahan Kandis Kota ketika mendengarkan penjelasan info awal pengumuman beasiswa sawit 2021 tidak mengikutsertakan anak pekerja kebun sawit merasa kaget juga
"Karena tahun-tahun sebelumnya, bisa ikut," kilah Pinondang.
Suaminya, Tumbur Tamba karyawan PKS PT.Libo Sawit Perkasa Kandis yang sudah bekerja sejak tahun 2013. Sudah ikut serta dalam dunia persawitan.
"Walaupun belum ada kebun sawit. Merasa kecewa juga karena sejak 2016 anak pekerja kebun sawit boleh ikut tes beasiswa sawit, kenapa tahun 2021 dihapus?" ia mempertanyakan.
Dalam pengumuman tersebut ada pula petani dan ASN disamakan ikut kuliah dengan anak petani sawit.
"Kita lihat aja di lapangan petani sawit umumnya sudah berumah tangga. Ada istri dan anak. Tentu lebih fokus memikirkan kesejahteraan keluarga daripada kuliah. ASN yang sudah jelas pegawai tetap punya gaji dan fasilitas juga disamakan kuliah dengan anak yang baru tamat SMA," katanya.
"Kapan anak anak generasi muda pekerja kebun sawit mendapat kesempatan beasiswa sawit, yang sudah jelas pekerja kebun sawit juga ikut kontribusi dunia persawitan," kata Pinondang Br Pangaribuan.
"Harapan saya kepada Ditjenbun, APKASINDO dan Wakil Rakyat DPR RI tolong diberi kesempatan kepada anak anak kami sebelum pendaftaran dibuka, biaya kuliah besar. Bagi yang mampu ekonomi bisa kuliah mandiri. Tapi bagaimana yang pekerja kebun sawit tidak mampu mengkuliahkan anak?" tanyanya.***